5 Tahap Membangun
Kontak Mata
Siswa SLB Autisma YPPA Padang
Tahapan dalam membangun kontak mata siswa
Ditulis oleh :Siskandi Novia Guswita, A Ma
Salah satu karakteristik penyandang autis adalah kesulitan membangun kontak mata dengan orang lain. Minimnya kontak mata mereka dapat kita deteksi semenjak bayi. Bayi penyandang autis akan menghindar ketika ibunya menatap matanya saat meneteknya. Secara fisik mereka tampak normal dan terlihat sama dengan anak kebanyakan, namun ketika berbicara dan bermain secara perilaku mereka tampak berbeda. Tidak semua orang bisa mengenali anak autis.Tetapi bila diperhatikan secara seksama,akan terlihat ada hal yang berbeda dengan anak lainnya.
Kontak mata merupakan jembatan membangun interaksi dengan mereka, melalui latihan kontak mata ini membantu mereka keluar dari dunianya, tanpa kontak mata kita tidak akan bisa beromunikasi dan berintegrai dengan orang lain. Latihan kontak mata merupakan latihan awal yang diberikan kepada siswa, sebelum masuk program imitasi, perintah sederhana, bahasa reseptif dan bahasa ekspresif, serta program menengah dan lanjut. Latihan kontak mata merupakan pondasi dasar, tanpa kontak mata akan sulit bagi mereka melanjutkan ke program berikutnya.
Tahap awal melatih kontak mata ini, siswa akan menolak, bahkan
marah
dan
lari
dari
tempat
duduknya, ada
juga
sebagian
dari
mereka
dengan
cepat
dan
tanpa
disadari
dengan
tiba-tiba
memukul
muka
gurunya
ataupun
ketika
melatih
kontak
mata
dengan
promp yang berupa
makanan
ringan yang dipotong
kecil-kecil
mereka
merebut
imbalan yang ada di tangan
guru dan memakannya. Dalam tahapan ini guru harus
tetap
tegas
dan
tidak
boleh
kalah
dari
anak, meski
mereka
melakukan
perlawanan
hebat.
Setiap siswa membutuhkan waktu yang berbeda-beda
dalam
latihan
ini. Lama atau
cepatnya
respon
siswa
tergantung
kepada
kondisi
hambatan yang dialaminya.
Siswa dinyatakan mampu berkontak mata dengan baik, dengan siapa saja, di tempat yang berbeda
(baik di sekolah, di rumah
ataupun
dimana
pun
berada) dan
kapan
saja
responnya
tetap
sama
yaitu :ketika
dipanggil
namanya
langsung
menoleh.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum terapi diberikan :
a. Membangun
komitmen keluarga, dalam artian keluarga harus menggunakan satu bahasa, bahasa yang digunakan harus : singkat, padat, dan konsisten.
b. Ruangan
yang digunakan untuk melatih siswa
harus bebas distraksi atau bebas dari hal-hal yang dapat menarik perhatian siswa, sehingga dalam latihan semakin
sulit memfokuskan kontak mata siswa.
c. Siapkan imbalan yang disukai anak, imbalan yang diberikan harus : glutein free, casein free dan sugar free.
d. Imbalan
diberikan jika anak berprilaku sesuai dengan yang kita inginkan, dengan imbalan
yang tepat anak akan cendrung mengulang prilaku positif. Imbalan bisa berupa
makanan ataupun mainan yang disukai anak.
Tahapan-tahapan dalam mengajarkan
kontak mata kepada anak autis :
1. Latihan kontak mata dengan
promp/bantuan
a. Siapkan
dua kursi kecil, satu kursi untuk anak
dan satu lagi kursi untuk guru, kursi guru
lebih rendah dari kursi anak, sehingga mata anak dan guru bisa sama
tinggi.
b. Siapkan
perhatian anak.
c. Panggil
nama anak sambil mengatakan ‘lihat’ dan letakkan imbalan yang sudah dipotong
kecil-kecil/ benda seekat-dekatnya ke mata guru, imbalan yang dimaksudkan
digunakan sebagai promp/bantuan untuk merespon anak berkontak mata dengan guru.
d. Ulangi
kegiatan di atas sampai anak melihat ketika dipanggil namanya, bisa dilakukan
sambil memegang dagu ataupun mencolek anak.
e. Pastikan
anak melihat ketika dipanggil ke mata guru,
bukan hanya ke imbalan yang berupa potongan kue atau benda dan pastikan
anak melihat atas instruksi yang guru berikan
f. Ketika
anak melihat segera berikan imbalan, jika imbalan berupa makanan dapat dimakan
oleh anak dan jika imbalan berupa benda dekatkan benda itu ke mata anak terlebih dahulu setelah itu
berikan imbalan itu ke tangan anak agar
anak bisa memainkan benda yang disukainya itu untuk beberapa saat, jangan memberikan imbalan ketika anak menoleh,
karena anak bisa salah menafsirkan.
g. Lanjutkan
latihan kontak mata, tingkatkan kontak mata, perlambat pemberian imbalan kue
atau benda, tahan untuk beberapa saat, setelah itu baru berikan imbalan.
h. Lanjutkan
terus latihan kontak mata, sampai anak bisa melihat saat dipanggil namanya,
tanpa promp dan atas reguest guru, jangan lupa memberikan penguatan saat anak
mampu membuat kontak mata dengan guru.
2. Latihan
kontak mata dengan fiksasi
a. Pastikan posisi mata anak berhadapan
sama tinggi dengan mata guru.
b. Instruksikan lihat, jika anak tidak berespon untuk melihat, lakukan fiksasi.
c. Fiksasi kepala dengan cara meletakkan
kedua tangan asisten guru ke kepala anak yang dipegangkan dari belakang,
kemudian guru yang duduk dihadapan anak memberikan intruksi lihat. Biasanya fiksasi ini membuat
anak tidak nyaman.
d. Jika anak melihat lepaskan
fiksasi/pegangan
e. Fiksasi dapat kita hilangkan jika anak melihat guru ketika dipanggil
3.
Latihan
kontak mata dengan cara mengikuti arah pandangan anak
a. Posisikan
anak duduk duduk di kursi atau berbaring,
mata anak sama tinggi dengan mata guru.
b. Instruksikan
lihat, jika anak tidak memandang,
atau melihat kearah lain, maka wajah guru dapat mengikuti arah pandangan anak.
c. Imbalan diberikan saat guru mengikuti pandangan anak.
4. Latihan
kontak mata tanpa promp/bantuan
a. Siapkan
perhatian anak.
b. instruksikan lihat, anak langsung melihat tanpa imbalan yang diletakkan dekat mata guru, imbalan tetap disiapkan jika anak memandang dan cukup bertahan sesuai dengan penilaian yang dtetapkan guru, berikan imbalan yang disukai anak.
5. Latihan
kontak mata saat bermain
Latihan kontak mata juga dapat dilakukan
saat anak bermain besama-sama dengan anak lain, guru memanggil nama anak, tanpa
instruksi lihat, Pastikan guru memanggil anak, harus dengan suatu keperluan
atau ada tujuan yang jelas, sehingga anak
mengganggap panggilan itu bermakna baginya. Misalnya guru memanggil anak
sambil menggerakkan tangan dan
mengatakan sini. Kontak
mata
sambil
bermain
ini
bisa
juga
dilakukan guru dengan
bermain
cilubba
dengan
siswa.
Guru melatih kontak mata dengan bermain cilubba
Latihan kontak mata yang dilakukan secara konsisten. Siswa akan terbiasa untuk mendengarkan dan belajar untuk focus ketika namanya dipanggil. Selain itu kontak mata yang stabil akan memudahkan anak mengerti perintah.